| 0 comments ]

1. Latar Belakang

Sistem seluler dewasa ini berkembang cukup pesat. Sistem seluler yang dipakai saat ini antara lain: AMPS (Advanced Mobile Phone Service) di amerika utara, MCS (Mobile Communications system) di Jepang, TACS (Total Access Communications System), GSM (Group Special Mobile), Spread-Spectrum CDMA (Code Division Multiple Access). Namun bila dilihat dari metoda akses yang digunakan, pada dasarnya ada 3 sistem seluler , yaitu: sistem seluler yang menggunakan metoda akses FDMA (Frequency Division Mulltiple Access), metoda akses TDMA (Time Division Multiple Access), dan metoda akses CDMA (Code Division Multiple Access) (Jerry D. Gibson, 1996).

Pada sistem FDMA, tiap kanal pembicaraan dibedakan berdasarkan pembagian frekuensi. Tiap-tiap kanal menempati satu frekuensi dengan lebar band 30 KHz. Jadi hanya satu pemakai yang dapat memakai kanal frekuensi tersebut dalam setiap waktunya. Teknik FDMA dipakai pada sistem seluler analog seperti AMPS dan TACS. Sedangkan pada sistem TDMA menerapkan pembagian waktu untuk meningkatkan kapasitas sistem. Satu kanal frekuensi dibagi lagi menjadi beberapa time slot sehingga kapasitas sistem lebih meningkat. TDMA diterapkan antara lain pada seluler GSM dimana satu band frekuensi dibagi menjadi delapan time slot. Lain halnya dengan CDMA, semua pemakai seluler memakai frekuensi pancar yang sama dengan lebar band 1,25 MHz dimana masing-masing kanal dibedakan oleh kode unik tertentu.

Pengembangan dan penggunaan teknik multiple acces CDMA dalam komunikasi seluler didasari oleh pertimbangan meningkatnya kebutuhan komunikasi seluler dewasa ini. Kapasitas kanal sistem seluler yang sudah diterapkan selama ini mulai mengalami keterbatasan (Brian O' Shoughnessy, 1999) .

CDMA adalah teknik modulasi dan multiple access berdasarkan teknik spread spectrum direct sequence dimana pengiriman sinyal menduduki lebar pita frekuensi melebihi spektrum minimal yang dibutuhkan (Arthur. H. M. Ross, 1999). Teknik spread spectrum pada awalnya digunakan untuk kebutuhan militer karena memiliki kelebihan mampu mengatasi jamming dengan baik. Pada tahun 1955 teknik akses CDMA mulai digunakan secara komersial terutama setelah diluncurkan IS-95 pada tahun 1992 oleh Qualcomn (Jerry D. Gibson, 1996).

Kapasitas seluler CDMA sangat dipengaruhi oleh interferensi yang terjadi. Interferensi ini disebabkan oleh daya pancar Mobile Unit pada sel tersebut dan interferensi dari Mobile Unit pada sel sekitarnya. Interferensi ini akan menurunkan nilai Eb/No sistem. Apabila nilai Eb/No turun dibawah nilai threshold maka hubungan komunikasi akan terputus.

Pada daerah urban dimana jumlah pelanggan cukup besar maka tingkat interferensi yang terjadi juga besar. Hal ini akan menurunkan tingkat kualitas layanan komunikasi seluler. Untuk memecahkan masalah ini maka dilakukan pengaturan sinyal pilot Base Station yang mengacu kepada Cell Breathing.

Cell Breathing adalah peristiwa mengembang dan menciutnya cakupan sel CDMA sesuai dengan jumlah trafik yang terjadi. Apabila trafik tinggi maka sinyal pilot Base Station diturunkan sehingga ukuran sel menyempit. Apabila trafik ada pada kondisi normal maka sinyal pilot dinaikkan pada level normal sehingga ukuran sel kembali seperti semula.

Pengaturan sinyal pilot Base Station juga akan menyebabkan lebih banyak terjadinya handoff . Handoff yang terjadi akan menguntungkan sel yang sedang padat user karena intererferensi yang terjadi akan berkurang. Hal ini akan secara langsung menaikkan nilai Eb/No sel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana membuat program simulasi cell breathing untuk menggambarkan mengembang dan menciutnya daerah cakupan sel CDMA.

Tujuan

Tujuannya dari pembuatan program simulasi ini adalah untuk memberikan pemahaman bahwa sel CDMA bisa mengembang dan menciut sesuai dengan trafik yang terjadi pada saat itu. Dalam program ini akan disimulasikan suatu algoritma pengaturan sinyal pilot untuk menambah fleksibilitas sel terhadap fluktuasi trafik.

1.4 Manfaat

Program simulasi cell breathing ini diharapkan dapat digunakan sebagai program bantu dalam perancangan sel CDMA sehingga sel yang dirancang mampu mengakomodasikan trafik yang ada secara optimal.

1.5 Batasan Masalah

Perancangan sistem dalam program cell breathing ini hanya dilakukan untuk arah reverse link, yaitu dari Mobile Unit menuju Base Station. Parameter-parameter yang digunakan dalam penyusunan program cell breathing ini diasumsikan sebagai berikut:

Sel CDMA yang diamati berada pada daerah urban

Sel CDMA tersebut merupakan sel omnidirectional

Kontrol daya yang digunakan adalah power kontrol reverse link open loop

Jumlah sel yang diamati adalah 7 sel

Software yang digunakan adalah Bahasa Delphi

Loss propagasi dihitung dengan persamaan Okumura-Hatta

Lebar band yang digunakan adalah 1,25 MHz pada frekuensi 800 MHz sesuai dengan standar IS-95

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas mengenai perkembangan sistem seluler, sistem seluler CDMA, teknik spread spectrum, standar IS-95, loss propagasi, Power kontrol, kapasitas sel dan konsep breathing seluler CDMA.

BAB III METODE PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI CELL BREATHING

Dalam bab ini diuraikan metode yang dipakai dalam penyusunan program simulasi komputer yang akan dibuat dan penetapan parameter-parameter sistim seluler yang dipakai.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menampilkan pembahasan dari hasil program simulasi cell breathing yang dibuat.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil pembahasan program cell breathing tersebut.

0 comments

Post a Comment